Skripsi Alumni UNSADA Diarsipkan di Museum Manchester United

Siapa sangka, karya ilmiah dari ruang kelas Universitas Darma Persada (UNSADA) bisa menembus etalase sejarah klub sepak bola legendaris dunia? Aryza Riesdyanti, lulusan tahun 2015 dari Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Inggris, menjadi sosok inspiratif ketika skripsinya resmi diarsipkan di Manchester United Museum.
“Saya juga nggak nyangka kalau skripsi saya bakalan diarsipkan di Manchester United Museum,” tutur Aryza membuka ceritanya. Semula, ia hanya berniat menghubungi pihak museum untuk mendapatkan sumber primer dalam penulisan skripsinya. Namun, setelah mengirimkan ucapan terima kasih dan menyertakan salinan skripsinya, pihak museum membalas dengan sebuah kabar luar biasa. Kurator museum, Mr. Mark Willy, menyampaikan bahwa skripsinya resmi masuk dalam arsip Museum Manchester United, lengkap dengan sertifikat pengesahan.
Skripsi Aryza mengambil pendekatan linguistik, khususnya studi semiotika, dan menganalisis loyalitas fans Manchester United melalui simbol dan tanda. Ia meneliti makna warna, nama tokoh legendaris, serta mitos yang melekat dalam kultur klub. Teori yang digunakan tak hanya dari Ferdinand de Saussure dan Roland Barthes, tetapi juga teori Maslow untuk menjelaskan aspek loyalitas pendukung.
“Waktu saya menyusun skripsi, saya menggunakan teori semiotika—ada tanda, penanda, konotasi, denotasi, bahkan mitos. Tapi dosen pembimbing saya menyarankan untuk tidak terpaku pada satu pendekatan saja,” jelasnya. Ia pun memperluas kajian dengan simbolisme warna, seperti merah yang mewakili keberanian dan kuning sebagai simbol kesetiaan.

Aryza juga menyinggung dinamika emosional saat menyusun skripsi. Sebagai fans sejati, ia merasakan gejolak tiap kali tim kesayangannya berlaga. “Tantangan terbesarnya adalah setiap malam Minggu saat nonton MU tanding. Kadang bikin semangat ngerjain skripsi, kadang bikin gregetan juga!” katanya sambil tertawa.
Tak lupa, ia menyampaikan terima kasih kepada para dosen di UNSADA yang membimbing proses akademiknya. Meski pembimbing pertamanya bukan penggemar sepak bola, beliau tetap memberikan arahan penuh semangat. Bahkan, Aryza juga dibantu oleh Bapak Renatus, dosen lain yang bersedia mendampingi untuk aspek teknis seputar sepak bola.
Lebih dari sekadar pencapaian akademik, kisah Aryza menunjukkan bahwa ketekunan dan kecintaan terhadap sebuah topik bisa membawa hasil luar biasa. Ia membuktikan bahwa skripsi bukan hanya syarat kelulusan, tetapi bisa menjadi karya berdaya jangkau luas, bahkan lintas negara dan budaya.
“Revisi itu harus dijalani, nikmati prosesnya. Nanti kamu bakal kangen momen itu—ngerjain bareng, revisi bareng, dan akhirnya pakai toga bareng teman-teman. Momen yang bikin kita bilang, ‘We did it!’” pesan Aryza untuk mahasiswa UNSADA lainnya.
Kini, skripsinya berdiri sejajar dengan artefak sejarah klub raksasa Inggris tersebut—membawa nama UNSADA harum di panggung global.