Sejak awal berdirinya, Perpustakaan Universitas Darma Persada (UNSADA) telah melalui perjalanan panjang dalam mendukung kegiatan akademik seluruh civitas kampus. Kepemimpinan perpustakaan silih berganti, dimulai oleh Bapak Sugiarto Dakung (alm.) pada periode 1987–1993, kemudian dilanjutkan oleh Ibu Juliati S. (1993–2000), Bapak Ediyami Bondan Andoko (2000–2012), hingga saat ini dipimpin oleh Ibu Yus Rusmiyati sejak tahun 2012.
Dalam wawancara bersama Ibu Yus, beliau menceritakan bagaimana perjalanan perpustakaan UNSADA dari masa ke masa. Pada awal berdirinya, koleksi buku belum tertata rapi, bahkan sistem penomoran masih perlu banyak perbaikan karena keterbatasan tenaga pustakawan. Kehadirannya bersama tim pustakawan kala itu membawa perubahan dengan menata ulang sistem koleksi agar lebih mudah diakses mahasiswa.
Perpustakaan UNSADA juga pernah mengalami perubahan tata ruang yang cukup signifikan. Awalnya, ruang perpustakaan menjadi jalur lalu-lalang unit lain, sehingga pimpinan memutuskan membuat akses jalan khusus. Hal ini membuat ruang perpustakaan tampak lebih rapi, meskipun harus mengorbankan sebagian luas ruangan.
Seiring perkembangan teknologi, perpustakaan UNSADA pun beradaptasi. Tahap awal dilakukan dengan membuat katalog online, yang berkembang melalui beberapa sistem hingga kini menggunakan SLiMS sebagai katalog digital. Tidak hanya itu, sejak 2017 UNSADA juga mulai menerapkan repository digital untuk skripsi mahasiswa. Ketika pandemi COVID-19 melanda, perpustakaan pun membuka layanan unggah mandiri melalui Google Form agar mahasiswa tetap bisa menyerahkan karya ilmiahnya secara digital.
Perkembangan layanan tidak berhenti di situ. Saat ini mahasiswa UNSADA dapat mengakses e-book, e-journal, hingga koleksi digital lainnya melalui aplikasi daring. Jurnal elektronik diperoleh melalui kerja sama konsorsium dengan Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi DKI Jakarta. Menurut Ibu Yus, “Mahasiswa sekarang membutuhkan yang serba digital, maka perpustakaan harus terus bertransformasi, mulai dari katalog online, repository, hingga akses e-journal.”
Selain menyediakan koleksi, perpustakaan UNSADA juga aktif mengadakan kegiatan. Mulai dari bedah buku, sosialisasi pemanfaatan e-journal, hingga pelatihan penulisan ilmiah untuk menghindari plagiarisme. Salah satu program unggulan adalah pelatihan Mendeley untuk mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, agar mereka terbiasa melakukan sitasi dengan benar. Tidak hanya itu, setiap skripsi juga wajib melalui pengecekan Turnitin untuk memastikan orisinalitas karya ilmiah.
Perpustakaan UNSADA juga memiliki keunikan koleksi, salah satunya adalah koleksi buku Kanji Jepang yang cukup banyak dan jarang dimiliki perpustakaan lain. Selain itu, terdapat koleksi rancang bangun kapal yang pernah membantu mahasiswa UNSADA ketika ditugaskan ke Belanda dalam bidang pengawasan kelautan. “Koleksi rancang bangun kapal ini sempat menjadi bekal penting bagi mahasiswa kami ketika harus membuktikan kompetensi mereka di Belanda. Dari situ, kami merasa bangga karena perpustakaan benar-benar bisa berkontribusi pada pencapaian mahasiswa UNSADA,” Jelas Ibu Yus Rusmiyati.
Prestasi besar juga diraih dengan akreditasi A untuk perpustakaan UNSADA, sebuah capaian penting di tengah keterbatasan sumber daya. Sejak 2015, Ibu Yus juga aktif menjadi pengurus Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi DKI Jakarta, menjadikan perpustakaan UNSADA semakin dikenal di lingkup regional.
Ke depan, beliau berharap perpustakaan UNSADA dapat terus berkembang dengan dukungan penuh universitas, khususnya dalam penambahan tenaga pustakawan. “Untuk mempertahankan akreditasi dan meningkatkan layanan, kita butuh dukungan tenaga yang memadai,” jelasnya.
Melalui komitmen dan upaya yang konsisten, perpustakaan UNSADA tidak hanya menjadi tempat membaca, tetapi juga pusat pengetahuan digital yang mendukung lahirnya karya-karya akademik berkualitas bagi bangsa.
