
Tidak semua perjalanan hidup berjalan sesuai rencana, dan tidak semua kesuksesan ditempuh dengan jalan mulus. Kisah Bapak Ade Supriatna, Dekan Fakultas Teknik Universitas Darma Persada (UNSADA), membuktikan hal itu. Perjalanannya penuh warna, jatuh bangun, hingga akhirnya kembali pada almamater tercinta sebagai seorang pendidik sekaligus pemimpin fakultas.
Perjalanan beliau bersama UNSADA dimulai pada tahun 1993. Saat itu, Bapak Ade sebenarnya diterima di universitas lain dengan jurusan Kimia. Namun, hatinya justru lebih tertarik untuk memilih Teknik Industri di UNSADA. “Ada pilihan lain di jurusan Kimia, tapi hati saya mantap ke UNSADA. Keputusan itu tidak pernah saya sesali,” ujarnya. Keyakinan itu terbukti tepat, apalagi sejak semester dua hingga lulus, beliau berhasil meraih beasiswa Kaidanren dari Jepang yang sangat membantu perjalanan kuliahnya.
Masa kuliah pun menjadi pengalaman berharga. Beliau mengakui bahwa dirinya tidak selalu hadir tepat waktu di kelas, tetapi ada satu komitmen yang tak pernah beliau abaikan: mengejar materi melalui diskusi dengan dosen maupun teman. Lingkungan akademik UNSADA yang terbuka membuat beliau semakin semangat belajar. “Di UNSADA, dosen tidak hanya menilai dari absensi, tetapi dari kemampuan. Bahkan ada yang langsung mengajarkan wirausaha. Itu membuka wawasan saya bahwa ilmu harus bisa dipraktikkan, bukan hanya dipelajari,” kenangnya.
Setelah lulus pada 1998, Bapak Ade membayangkan bekerja di perusahaan besar dengan gaya profesional. Namun kenyataan berbeda. Prinsip idealis yang beliau pegang ternyata tidak sepenuhnya sejalan. Akhirnya, beliau memilih jalur wirausaha. Ikan hias, emping melinjo, hingga telur asin pernah beliau tekuni. Meski tidak semua usaha berhasil, beliau justru menemukan pelajaran berharga. “Kegagalan itu guru terbaik. Dari situ saya belajar tentang kegigihan, kreativitas, dan ketekunan,” tuturnya.
Titik balik terjadi secara tak terduga. Suatu hari, saat kembali ke UNSADA untuk beribadah, beliau bertemu dengan dosen lama yang menawarkan kesempatan mengajar. Awalnya beliau ragu, namun akhirnya menyadari inilah jalan yang selama ini dicari: bekerja sekaligus tetap dekat dengan aktivitas sosial. Dari situlah kariernya sebagai dosen dimulai, hingga akhirnya beliau dipercaya memimpin sebagai Dekan Fakultas Teknik.
Tidak berhenti sampai di sana, Bapak Ade terus melanjutkan pendidikan. Pada tahun 2007, beliau meraih gelar magister di sebuah perguruan tinggi ternama di Jakarta. Kemudian, pada tahun 2021, beliau menyelesaikan studi doktoralnya di salah satu institut teknologi terbesar di Indonesia. Semua itu dijalani dengan satu tujuan: memberikan kontribusi terbaik, tidak hanya bagi UNSADA, tetapi juga bagi masyarakat dan dunia usaha.
Bagi beliau, menjadi dosen berarti harus tetap berjiwa muda. Penelitian, pengabdian, hingga interaksi dengan mahasiswa membuatnya selalu belajar hal baru. Untuk menjaga keseimbangan hidup, beliau bahkan memiliki kebiasaan unik: menyusun program kerja sambil bersantai di pusat perbelanjaan.
Ada satu pesan sederhana namun mendalam yang selalu beliau titipkan kepada mahasiswa: “Jangan anggap kuliah sebagai beban, tetapi jadikan sebagai kebutuhan untuk tumbuh. Manfaatkan semua fasilitas yang ada, karena perjalanan hidup selalu punya jalannya sendiri, asal kita tekun dan konsisten menjalaninya,”tutupnya.
Perjalanan Bapak Ade Supriatna membuktikan bahwa kesuksesan tidak ditentukan oleh jalan yang lurus, melainkan oleh keteguhan hati, keberanian mencoba, serta komitmen untuk terus belajar dan mengabdi.